Cookies help us deliver our services. By using our services, you agree to our use of cookies. More Info
TR-Pass for Students

Negara Taiwan adalah negara kepulauan yang letaknya di timurnya Tiongkok dan barat daya Jepang dan Korea. Lokasinya yang terletak di Asia Timur ini memiliki zona yang unik. Kenapa unik? Uniknya terletak pada lokasi negaranya yang membagi dirinya menjadi tropis dan sub-tropis. Zona Tropis Taiwan ada di wilayah tengah hingga ke selatan, sedangkan zona sub-tropis ada di kebalikannya, yaitu wilayah tengah ke utara. Oleh karena itu, jika ada yang ingin kuliah ke Taiwan dan sering bertanya-tanya wilayah mana yang paling bagus, jawabannya adalah Taiwan Tengah. Saya pribadi kuliah di Taichung dan di sini selain memiliki musim yang bagus, saya juga bisa mengatakan bahwa area Taichung sini adalah lokasi yang sangat aman jika Typhoon menyerang, karena Taichung yang letaknya di tengah Taiwan namun melintang secara vertikal ini dibatasi oleh pegunungan di tengah-tengahnya Taiwan antara Barat dan Timur.

Setelah sekian lama saya tidak meng-update blog saya ini, kali ini saya ingin berbagi pengalaman terkait gimana sih supaya jalan-jalan ke kota yang letaknya jauh tapi tetap bisa menghemat. Weekend lalu tepatnya tgl 29-31 Juli 2016, saya bareng teman2 kampus yang asalnya juga dari Indonesia untuk mencoba mengeksplorasi ke wilayah Timur Taiwan (Taitung - 台東). Ini cukup seru bagi kami, tetapi pada awalnya kita merasa kurang yakin bakal bisa pergi atau nggak karena pertimbangan biaya dan lokasi tersebut cukup jauh dan kami juga belum pernah ke sana sama sekali. Tapi justru itu yang membuat perjalanan ini lebih mengasyikkan. Serasa backpacking kali ya... =D

Semua kebimbangan akhirnya menjadi kenyataan untuk bisa pergi dengan biaya minim. Kami menemukan satu paket tour yang dibuat khusus oleh pemerintah Taiwan (mungkin kalo di Indonesia disebut Kementeriaan Perhubungan) bagi mahasiswa (student), namanya "TR-Pass for Student" (fotonya terlampir di atas). 

TR-Pass ini didesain sedemikian rupa sebenarnya dengan tujuan untuk menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk keliling Taiwan dengan hanya membayar NT$599 (+/- Rp240.000) untuk trip 5 hari menggunakan kereta yang bernama Fu Hsing Semi-Express or local train dan Chu Kuang Express (kecuali Tipe Formosa Expresses 1, 2, 51, dan 52; chartered trains 71, 74, 73, and 72; kereta special; kereta kantor pos; dan kereta lain yang sudah ditentukan). Dengan menggunakan TR-Pass ini kita bisa bebas naik berapa kali kereta api semau kita dari utara ke selatan atau timur ke barat, namun itinerary kita mesti dirancang dengan baik supaya tidak keliru untuk naik ke kereta yang tidak diizinkan bagi pemegang TR-Pass ini. (waktu itu kami sempat salah mengatur jadwal dikarenakan salah melihat keterangan yang menyatakan "Tour Train.No TR-PASS(Students) permitted.", karena waktu itu melihat sekilas mirip "Tour Train.No" dan "TR-PASS(Students) permitted"). Akhirnya, molor deh semua jadwal yang udah direncanakan. =D

Ok deh, mari kita lupakan masalah itu, di bawah ini rincian biaya yang kami keluarkan untuk trip 3 hari 2 malam ini untuk teman2:

Pengeluaran 3D/2N ke Taitung (biaya dalam NT$)
Keberangkatan Destinasi Keterangan Biaya
Day 1
Taichung Station Chiayi Station TR-Pass 599
Penginapan Chiayi (NT$1100/3 org) 367
Day 2
Chiayi Station Taitung Station TR-Pass -
Taitung Luye Station TR-Pass -
Luye Station Hot Air Balloon Area Taxi (NT$300/6 org) 50
Hot Air Balloon Area 7-11 Luye Station Taxi (NT$300/6 org) 50
Day 3
Luye Station Taitung Station TR-Pass -
Taitung Station Taitung Forest Park Taxi (NT$120/3 org) 40
Taitung Forest Park Taitung Station Shuttle Bus 25
Taitung Station Kaohsiung Station TR-Pass -
Kaohsiung Station Taichung Station TR-Pass -
Total 1131

Pengeluaran 3D/2N ke Taitung (biaya dalam NT$), jika tidak menggunakan TR-Pass dan menggunakan kereta termurah
Keberangkatan Destinasi Keterangan Biaya
Day 1
Taichung Station Chiayi Station Local Train 144
Penginapan Chiayi (NT$1100/3 org) 367
Day 2
Chiayi Station Taitung Station Chu-Kuang Express 468
Taitung Luye Station Local Train Tidak Diketahui
Luye Station Hot Air Balloon Area Taxi (NT$300/6 org) 50
Hot Air Balloon Area 7-11 Luye Station Taxi (NT$300/6 org) 50
Day 3
Luye Station Taitung Station Local Train Tidak Diketahui
Taitung Station Taitung Forest Park Taxi (NT$120/3 org) 40
Taitung Forest Park Taitung Station Shuttle Bus 25
Taitung Station Kaohsiung Station Chu-Kuang Express 279
Kaohsiung Station Taichung Station Fast Local Train 301
Total 1724
Dari hasil perbandingan di atas,
Selisih Biaya = Biaya dg tanpa TR-Pass - Biaya dg TR-Pass
Selisih Biaya = NT$1724 - NT$1131
Selisih Biaya = NT$593

NT$593 x Rp400 = Rp237.200

Kesimpulannya,
Dengan menggunakan TR-Pass akan lebih murah sekitar NT$593 (Rp237.200) dibandingkan jika tanpa menggunakan TR-Pass.
Ok, kita lanjut ke artikel part 2 ini.
Setelah sebelumnya, saya menceritakan my childhood life, ini saya ingin menceritakan gimana cara saya mengubah pemikiran pesimis menjadi optimis.
Saya yakin, semua orang pasti memiliki rasa pesimis. Hanya perbandingan "Pesimis" dan "Optimis" yang berbeda-beda. Ada yang terlahir dengan pesimis yang tinggi, mungkin mencapai 80%. Ada juga rasa Optimisnya tinggi mencapai 80%, sehingga kehidupannya baik-baik saja dan senang-senang saja, seperti tidak ada beban.

Terkadang saya berpikir, kenapa kita bisa menjadi pesimis, hal ini dikarenakan kita ingin kehidupan kita menjadi perfect (perfeksionis), namun, dengan ketidakmampuan dari diri kita menyebabkan kita menjadi pesimis. Target yang ingin kita capai sangat jauh, tidak sebanding dengan kenyataan yang kita hadapi. Sebenarnya kita bisa mengubahnya dan perlu menurunkan target tersebut dengan tidak melupakan target kita yang sebelumnya.

Untuk menjadi optimis bagi saya seharusnya tidak terlalu sulit, hanya tergantung dari diri kita. Hal-hal yang perlu kita lakukan adalah "Set Mind to be Positive", selalu berdoa, dan menumbuhkan rasa percaya diri, siap untuk gagal, dan tidak menghiraukan omongan/pandangan orang lain terhadap kita. Mungkin beberapa cara ini termasuk yang sangat biasa dan sering disarankan oleh teman-teman kita atau orang-orang pada umumnya. Cuma penerapannya yang sulit, karena apa yang kita kerjakan pada umumnya jarang terjadi 100% sama dengan apa yang kita pikirkan. XD Nyesek juga ya.

Di sini yang butuh kita tekankan di bagian "Set Mind". Sering saya alami bahwa diri kita itu sering muncul pemikiran yang kurang mendukung apa yang kita ingin lakukan, seperti muncul hal-hal yang mematahkan semangat. Contohnya, saya ingin jalan-jalan ke luar negeri (dengan kondisi sekarang yang lagi kere alias sulit dalam keuangan). Karena kesulitan keuangan yang kita sekarang alami membuat kita menjadi tidak yakin untuk bisa ke luar negeri yang akhirnya tidak jadi deh dan men-delete goal ini. Biasanya kalo terjadi hal itu di diriku, kita tidak boleh langsung patah semangat, dan harus yakin bahwa suatu saat nanti pasti ada kesempatan yang jatuh dari langit.

Saya masih ingat bahwa dulu pada saat saya SMA kelas 3, di mana masa-masa itu adalah kita GALAU karena mau menghadapi UN dan juga harus memilih universitas/perguruan tinggi yang akan kita tuju. Pada saat itu, keluarga saya sebenarnya tidak begitu mampu untuk mengkuliahkan saya sedangkan saya sangat optimis dan rasa pingin kuliah yang tinggi supaya kehidupan masa depan lebih cerah, istilahnya. Tidak lupa juga sifat agak keras kepalanya saya juga membawakanku untuk mencapai target yang saya inginkan tsb. Waktu itu, step yang saya lakukan adalah mencari beasiswa S1. Sebenarnya kampus yang paling saya inginkan adalah UG* dan maunya di Jogja aja, karena pingin melihat Borobudur dan karena Jogja konon katanya adalah kota pelajar (target simple). Karena keterbatasan keuangan yang dialami semenjak pasca kebakaran dan didukung dengan ingin ada perubahan dari kehidupan yang sebelumnya, jadi, mau gak mau harus semangat. Supaya bisa kuliah tanpa harus takut akan masalah keuangan, yaaa, harus cari beasiswa. Jadi, saat itu saya mencoba 2 kampus dengan tawaran beasiswa FULL, yaitu kampus swasta Univ. Par******a di Jakarta, dan kampus negeri UG* di Jogja. Waktu itu lumayan optimis sih, namun rasa pesimis juga ada. Tapi, tetap berjuang deh yang terbaik. Sebenarnya gak enak juga waktu itu telah merepotkan banyak pihak, seperti guru2 dan orang tua. Utk kampus negeri, saya gagal, tapi tetap optimis, karena masih punya pilihan kedua. Dan selanjutnya yang swasta, saya lolos sampe tahap terakhir, namun terakhir gagal. Kepanikan dan Pesimis muncul, no other choice. Namun, tetap tidak ingin hidupku berhenti di situ aja dan bagaimanapun harus bisa kuliah di Jawa. Jadi, mulailah saya mencari kampus dengan biaya yang lumayan murah tetapi juga tidak jelek. Dan akhirnya aku ketemu kampus STMIK Amikom Yogyakarta yang menjadikan tempat di mana saya bisa menyelesaikan impianku S1, yang pastinya tidak terlepas dari bantuan saudara dan orang tua saya sendiri.

Sebelum saya memulai perkuliahan S1, sebenarnya saya hanya set target sampai dengan S1 sudah cukup. Dan mungkin karena ada 1 mitos yg lucu dari keluarga saya, saya bersama 3 kakak saya memiliki level pendidikan yang bertingkat, apa maksudnya? Jadi begini, kakak saya pertama lulus SD, kakak kedua hanya mendapatkan ijazah SMP (sbnrnya ada sampe SMA kelas 2), kakak ketiga SMA, dan mungkin saja saya cuma sampe S1. Jadi, saya waktu itu cuma set Target sampe S1 sudah cukup dan lanjut bekerja setelah lulus dengan maksud tidak ingin membebankan orang tua.

Mulai awal perkuliahan S1, kami diikutkan ke dalam program seperti motivasi oleh kampus. Kita diajarin supaya selalu positive thinking. Dan kita disuruh membuat list keinginan/impian/target yang ingin kita capai ke depannya dan harus tempel di kamar kita masing-masing. Di samping itu, kita juga disadarkan oleh tentor-tentor akan sulitnya orang tua kita selama ini untuk membesarkan kita dari kecil hingga kita saat ini. Saat itu, yang saya tulis adalah "Ingin keliling dunia", karena salah satu impian dari kecil saya adalah jadi Pilot. Tapi, saya tidak pernah memikirkan untuk bisa mencapai hal itu. Saat ini saya sudah melanjutkan perkuliahan S2 di Taiwan (Luar Negeri) dengan beasiswa (karena gagal mendapat beasiswa S1, malah mendapat beasiswa S2) yang sebenarnya tidak termasuk list impian saya dan hanya bagian minor dari target ingin keluar negeri. Dan ini tercapai dengan tidak sadar, hanya dengan kita selalu keep positive dan mengikuti target yang kita ingin capai dengan tidak tau bagaimana caranya.

Jadi, di sini saya bisa simpulkan bahwa hanya dengan always be positive dan memiliki target untuk diri kita sendiri, bisa membawakan kita menjadi "ORANG". Sekarang saya ingin mendukung teman-teman untuk menjadi lebih positif aja di kehidupan teman2 dan juga menjaga untuk tetap positif bagi saya pribadi, kalo misal mengalami masalah, tetap stay positive aja. Tidak ada orang yang tidak memiliki masalah, hanya kasusnya berbeda saja. Dan jangan pesimis juga dengan hal-hal misalnya anda berasal dari kota/desa kecil (bahwa orang dari kota selalu mendapatkan kesempatan yang lebih bagus), karena saya juga dari kota kecil. Karena kita berasal dari pulau/desa kecil, justru kita harus bisa menyaingi orang-orang yang di kota besar, membuktikan bahwa semua manusia itu sama dengan kapasitas/kemampuan otak yang sama. Orang kota memiliki kemampuan yang lebih karena mereka mendapatkan fasilitas yang lebih bagus, sedangkan kita dari desa jarang menemukan hal-hal yang mereka bisa temukan. Ketika kita mendapatkan kesempatan untuk melihatnya, kita juga bakal tau dan mengerti dan menjadi sama levelnya seperti apa yang orang kota punyai. Yang terakhir, kita juga perlu ingat bahwa "Di atas langit masih ada langit!". We can do it!

Di sini sebagai bentuk motivasi saya juga ingin berbagi dan meyakinkan bahwa kita semuanya BISA dan bisa go International!
Sertifikat Lomba Essay antar mahasiswa Internasional se-Taiwan (Top 5)




http://www.fichet.org.tw/2015CFS1/stories/winners

Ranking 6 Lomba Dragon Boat di Changhua - Taiwan (Tim Kampus)
Sedikit bercerita tentang my childhood life.
Sejak kecil saya dibesarin di keluarga yang termasuk sederhana namun juga bisa dikatakan di atas rata-rata dalam segi kemampuan keluarga, karena waktu itu keluarga saya memiliki bisnis sembako di sebuah pulau kecil yang di mana dari atlas dunia bahkan atlas Indonesia sekalipun masih sulit untuk menemukan peta lokasi pulau kecil ini yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau, lebih tepatnya di Kabupaten Karimun. Pulau Kundur yang kaya dengan Timah ini merupakan tempat di mana saya dibesarin dan belajar tentang banyak hal.
*Sampai saat ini, jika peta Pulau Kundur diperbesar di Google Maps juga masih belum bisa terlihat dengan jelas untuk jalan-jalannya dan belum bisa terlihat atap-atap rumahnya

Masa kecil saya penuh dengan ketidakkhawatiran dan selalu bermain. Tidak ada masalah yang signifikan seperti kekurangan makanan ataupun sarana/prasarana untuk belajar dengan buku-buku pelajaran yang lengkap (walaupun jikalau dibandingan dengan zaman anak-anak sekarang ini, mereka termasuk sangat jauh lebih baik karena sudah memiliki banyak fasilitas yang jauh lebih bagus seperti komputer, hp, dll), sehingga saya sangat bersyukur. Tetapi, setelah saya naik ke kelas 5 SD, ketidakkhawatiran kami menjadi kekhawatiran pasca musibah kebakaran yang menimpa ke keluarga kami. Semua modal bisnis hancur dan langsung jatuh ke ambang titik 0 di kehidupan ini. Terkait waktu itu saya masih bocah kecil yang tidak tau banyak hal selain bermain dan belajar (tergolong biasa-biasa saja, sering mendapatkan nilai merah di Matematika dan Mulok Arab Melayu), sehingga tidak berdampak terlalu banyak ke diri saya. Namun, yang saya tahu saat itu adalah kehidupan kami jatuh ke level suram, kedua orang tau saya mengalami titik di mana stress banget, tidak memiliki apa-apa, semua modal bisnis habis terbakar begitu saja, dan bahkan ijazah SMP kakak saya juga ikut terbakar, begitu juga kucing dan ikan peliharaan saya juga ikut jadi kucing & ikan bakar deh... *Bercanda... Hahaha... Sedihnya, semua pakaian sekolah kami juga ikut terbakar. Oleh karena itu, kami mendapatkan bantuan BOS dari sekolah berupa pakaian sekolah dan peralatan-peralatan yang bisa menunjang pembelajaran. Bahkan untuk tempat tinggal pun, kami juga menumpang di rumah saudara. Ini kali pertama saya benar-benar merasakan betapa sedihnya dan tidak enaknya menjadi orang-orang yang sangat diperhatikan. Rasa malu untuk menerima bantuan juga muncul saat itu karena keegoisan diriku. Rasa kekhawatiran akan ejekan dan penertawaan dari teman-teman juga muncul. Sejak itu, kehidupan kami berubah 180 derajat deh, dan mulai saat itu, saya mulai bisa "mikir!"...

Sebenarnya masa kecilku juga tidak bagus2 amat, karena saya masih ada keterbatasan dalam memiliki mainan-mainan yang sebenarnya sangat saya inginkan. Karena sejak kecil saya diajarin orang tua untuk harus bisa memilih barang apa yang memang saya butuhkan dan tidak boleh hanya turutin keinginan hati. Walaupun waktu itu saya pernah berontak karena itu yang berakhir dengan kena pukulan dari orang tua, namun sekarang saya sudah mengerti bahwa tujuan dari mereka baik adalah supaya kita tidak boros dan belajar untuk mikir. Selain itu, mereka juga mengajari bahwa uang itu bukan segalanya dan bukan karena dengan memiliki uang banyak kita boleh membeli apa saja dengan tidak mempertimbangkan kebutuhan.

Keterpurukan yang dialami sejak kelas 5 SD inilah yang kemudian membawa diriku untuk selalu berpikir dan berpikir dengan matang sebelum bertindak, hemat, dan harus saling membantu semasih kita mampu.

Hari demi hari, kami sudah mulai terbiasa dengan kehidupan baru kami dengan tidak ada toko lagi dan menumpang di rumah orang lain. Kehidupan sekolah mulai berjalan seperti biasanya. Hal yang paling saya bersyukur juga karena interaksi saya dan kakak saya dengan orang tua mulai dekat (saat memiliki toko, kita berinteraksi dengan orang tua saat setelah toko tutup). Saat itu, saya juga jadi bisa belajar untuk memasak makanan sendiri (yang basic), seperti goreng telur, masak nasi goreng, indomie (hahaa...), dan goreng ikan/ayam/udang. Cuma kalo yang standar profesional, masih butuh dipelajari ni... Hahaha... Setidaknya bisa yang gampang-gampang dulu deh.

Part II : Baca Selanjutnya
Hello, guys!
This time, I'm going to tell you about Taiwan...
After coming here for about 3 months now, I must have known about Taiwan Background. So, I wanna share with you all what I've got till this moment. 

Last time, I shared to you about the Taboos of Taiwan. Here you'll see something different but the basic one we should know when we're staying here or touring to Taiwan. 








Taiwan is also called as "Zhong Hua Min Guo" or Republic of China (ROC) Taiwan
For someone who has never been in Taiwan before and is going to visit Taiwan one day, when you're making your VISA, it will be shown as "ROC (Taiwan)" 


 I'm not really sure about when the election will be started again. 
But, now, the President of Taiwan is Mr. Ma Ying-Jeou

 Taiwan is also well-known with its numerous of religious temples, especially Taoism and Buddhism Temple. We're not be hard to find any of it anywhere. 
Undoubtedly, there are some other religions that Taiwanese believe in, Christian, Catholics, and Islam.

 All of us must agree that if we're able to speak in English, we can explore around the world, because of the worldwide language. Somehow we're also questioning and worrying of the language we will use before vacation to the country with non-English as their first language. Like Asia, the countries where the people will speak in their mother tongue, urges us to learn the language for secure before visiting. 

What about Taiwan? 

Taiwan is a Chinese Country. All of the populations are mostly covered by Chinese and has some Aboriginal Taiwanese. By here we can see that there're 4 languages they're commonly using. An official language of Taiwan is Chinese/Taiwanese Mandarin. Mandarin nowadays is also mentioned as a 2nd popular language used in the world. So, don't be hesitate to learn Mandarin as you are the most welcome. 

 My hometown (Indonesia), we only have 2 seasons. 
Lying in tropical region makes us only have Hot and Raining season for the whole year. 

Taiwan has 4 seasons in total, same like western countries. 
In here, we can experience different weather of the season changes. Once I heard that Taiwan has winter but no snow we can find in the city. The only way to see the snow is going to the peak of the mountain. And, I really would like to feel the snowy places. Hopefully, in this winter, I will be able to touch the snow by myself... 
*The special thing for me who is from tropical country


I do hope you all can enjoy my blog.
This is the first part of my articles about Taiwan. 
If you have any comments, feel free to fill it in the comment field. ^_^
Like and Share this blog is also preferably.
Have a nice day!!!


On 17 March 2015 - M Building Asia University, Taiwan (#latepost)

In Asia University, it has event organized by International College here. International College or we called it "IC" is a college that manages the international students coming from many countries, include full-time and exchange students. It can be Indonesia, Thailand, France, Japan, Korea, India, Mongolia, Vietnam, Mexico, Malaysia, China, and many more.

Every year, they hold the events, like International Food Festival. It's always held in the day of Campus Birthday. In this event, we get chance to taste the food from the other countries. The participants are all the students from the different countries. Everyone is welcome to visit and to taste. Beside that, there were the performances from the students. Singing, dancing, and costumes introduction were being the side event in it.

At that time, we were wearing Batik (one of the Indonesian traditional costumes we proud of) to introduce it to all of the audiences. For the food, Indonesian students served the soup cuisine with vermicelli noodles (Bahasa: Bihun) to the visitors, it's what we called "Soto". And we also provided the Indonesian style home-made milk mixing with ginger, eggs, and honey in it. You can call it "STMJ (Susu Telur Madu Jahe)".

Presentation from Indonesian
In the introduction section, I was pointed to be the presenter about our fashion we're wearing with the others. We presented in both English and Chinese, which in Chinese language was presented by Vivian, the 4th year student who is studying for her bachelor degree here. It's my pleasure as one of the persons to be in front of the whole participants and visitors. It would be my new experience here. Really really not been prepared as well... So, the natural speaking did at that moment. I was wondering if some speaking mistakes and missing ideas were made or not. Hahaa... So funny, though.
-------------------------------------------------------------------------
And absolutely we made some preparations before the food fair. It's mostly done by the girls for sure in the cooking section. Haha... The girls will always be used to do it. No doubt for that... =D


So, HERE WE ARE... Indonesian Students in Asia University in 2015. *Still has some other indonesian here, but they were just in case of having other activity, so they were not shown up in this pict.

This is one of my Chinese homework I did. It's all about the taboos we should prevent to do in Taiwan. So, it's a good time to share with u all.



















Kuliah di luar negeri merupakan impian semua orang. Dan tidak sedikit juga dari kita mahasiwa yang merasa minder sebelum melangkah. Hanya dengan cita-cita dan khayalan waktu kecil bisa membawa kita menuju ke cita-cita yang kita impikan. Ini FAKTA!!!

Hal ini telah dirasakan oleh saya pribadi. Saat ini, saya telah menjalani perkuliahan +/- 1 bulan di Asia University, Taiwan. Suasana perkuliahan memang berbeda dengan suasana di Indonesia. Tapi, tidak juga memberikan suasana yang mengerikan bagi kita yang sebagai orang asing di negeri orang. Perasaan GALAU pasti akan dialami semua orang ketika ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Dan rasa persiapan yang belum matang juga menjadi faktor penyebab MINDER bagi kita. Kenyataannya, jika kita friendly terhadap nature, nature akan baik juga dengan kita. Yang paling penting adalah STAY "RAMAH".

Taiwan berbeda dengan western country, masih dalam benua Asia. Oleh karena itu, beberapa budaya masih hampir sama. Jika kita sebagai orang Indonesia, kita masih bisa lumayan cepat adaptasi. Kesopanan dan tata krama masih menjadi prioritas di sini.

Pada saat pertama kali saya kuliah, hal pertama yang saya tanyakan adalah bahasa apa yang digunakan dalam sistem pengajaran. Di Taiwan, bahasa nasional mereka adalah bahasa Mandarin. Untuk tulisan mandarin yang digunakan adalah Traditional Chinese, sedangkan Simplified Chinese malah digunakan di negara utama Chinese yaitu di China (Tiongkok). Perbedaannya sangat signifikan dan sangat rumit untuk traditional chinese character. Contohnya: Hall, untuk Traditional (廳) dan untuk simplified hanya seperti ini (厅), kedua-duanya bacanya "Ting". Sangat jauh berbeda, bukan? Nah, pertanyaan saya akhirnya dijawab oleh dosen. Untuk semester 1 ini, saya mengambil 4 kelas teori-praktik dan 2 kelas lagi kelas mandarin. Untuk perkuliahannya, menggunakan Bahasa Inggris dan Mandarin (Bilingual). Karena kita bergabung dengan mahasiswa Taiwan (yang pada umumnya lebih jago mandarin), sehingga dilakukan 2 kali pengulangan.


Ini adalah salah satu kelas di sini. Pada saat itu, saya iseng ikut mendengarkan perkuliahan untuk mahasiswa S1 di mata kuliah Behavior Finance. Kelas ini kebanyakan mahasiswa dari Mongolia dan beberapa dari Thailand dan Finlandia. Untuk kelas S1, jumlah mahasiswanya sekitar 40an. Sempat merasa WOW, karena di kelas saya (S2) paling banyak hanya 7 mahasiwa. Dan pernah juga saya kuliah hanya face-to-face dengan dosen. Hehee... Tapi, untungnya ga masalah. =)

Untuk perkuliahan di sini, suasananya sangat santai dan tidak ada beban. Walaupun sebenarnya untuk materinya juga ada beberapa yang cukup mumetin, tapi overall masih OK. Dan keuntungan kita kuliah di Taiwan adalah karena Taiwan negara bagian dari Asia, Bahasa Inggris bukan mother tongue mereka. Oleh karena itu, bahasa inggris tidak menjadi prioritas bagi mereka dan orang Taiwan di sini bisa sama-sama memaklumi.

Mungkin bagi saya, salah satu mata kuliah yang cukup sulit adalah Seminar. Seminar di sini, kita harus mempersiapkan materi-materi untuk dipresentasikan. Materi-materinya adalah jurnal ilmiah. Mengapa sulit? Karena kita menghadapi jurnal-jurnal dengan topik yang belum kita tau sama sekali. Di dalam sebuah jurnal, juga mencakup beberapa topik yang digabungkan untuk menghasilkan sebuah result. Jadi, kita mesti mencari tahu asal-muasal dari setiap topik-topik yang tercakup di dalamnya.

Oke deh, saatnya tidur. Lanjut lagi di kemudian waktu. Sampai jumpa lagi!!! =D